....Lanjutan dari.... >>>> Menerima Diri Sendiri
Mengembangkan diri adalah suatu usaha sengaja dan terus-menerus, tanpa henti, yang dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk, untuk membuat daya potensi diri (jasmani rohani) dapat terwujud secara baik dan optimal, yang menghantar seseorang pada taraf kedewasaan sesungguhnya. Usaha besar ini merupakan konsekuensi dari kedudukannya sebagai manusia, yang diberi akal budi.
Tujuan yang ingin dicapai dengan usaha pengembangan diri ini adalah realisasi optimal ke arah yang baik dari daya potensi yang dimiliki diri sendiri, (jasmani rohani), yang menghantar seseorang pada tingkat matang dewasa, yang semakin baik dengan dirinya, dunia, sesama, dan Tuhan. Usaha ini melibatkan diri manusia sepenuhnya dan menggunakan daya dukung yang tersedia baginya.
Cara untuk mengembangkan diri sendiri adalah mengenal diri sendiri, lalu menerimanya sebagaimana adanya. Kedua, memiliki kemauan kuat untuk mengembangkan diri. Ketiga, memanfaatkan kemungkinan yang terbuka. dan belajar dari kesalahan karena pengalaman adalah guru yang baik untuk masukan berharga untuk kemajuan berikutnya.
Hal-hal penting yang perlu dikembangkan sebagai bentuk kongkrit pengembangan diri sendiri ada empat aspek adalah mental yang sehat, integritas diri, mandiri, kreatif, dan inovatif, motivasi diri.
Kesehatan mental menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan dan kemampannya menyesuaikan diri. Kesehatan mental juga menentukan apakah orang akan mempunyai kegairahan untuk hidup atau akan pasif dan tidak bersemangat.
Kebalikan dari kesehatan mental adalah gangguan kesehatan mental, yang dapat muncul dalam berbagai gejala, dari yang ringan sampai ke tingkat yang sangat parah. Penyakit mental adalah satu istilah untuk (sembarang) reaksi psikotis serius, baik yang berasal dari faktor psikogenis maupun yang organis. Istilah lain yang sering dipakai adalah mental disorder (kekacauan mental) sebagai pengganti istilah mental disease. Maksudnya adalah suatu ketidakmampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya, yang mengakibatkan adanya ketidakmampuan tertentu pada seseorang.
Kalau ditelusuri lebih dalam, ternyata sumber utama yang menyebabkan terjadinya penyakit mental adalah adanya kegagalan memenuhi kebutuhan akan rasa kasih sayang dan kebutuhan akan rasa aman, disamping adanya rasa bersalah dan kegagalan memenuhi ambisi atau keinginan kuat.
Penyakit mental dapat menimbulkan berbagai akibat yang merugikan. Sebagian orang menjadi pemalu dan menarik diri dari pergaulan. Sebagian lain menjadi garang, agresif dan jahat. Akibat serius dari sakit mental adalah wujudnya yang terjadi dalam bentuk agresi, yaitu suatu reaksi terhadap frustasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar.
Untuk mengatasi sakit mental kita perlu menyadari keadaan mental sendiri, menyelidiki masa lalu yang berpotensi sebagai penyebab terjainya gangguan mental, memiliki teman/orang sebagai tempat berbagi, berusaha menemukan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan memuaskan kebutuhan psikologis dasar, meminta bantuan psikolog/psikiater, tinggal dalam lingkungan yang konduksif, dan mengerahkan kecenderungan alamiah ke arah nilai-nilai yang luhur dan berpikir positif.
Berikut adalah paparan sebuah analisis tentang kekuatan dan ketahanan mental (yang bukan hanya sehat, tapi kuat dan tangguh). Dari gambaran yang kita peroleh tentang mental kita, diharapkan kita mulai memikirkan dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk hal terpenting dalam hidup kita. Pemaparan ini diambil dari buku Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, karangan Paul G. Stoltz, 2000.
- Adversity Quotient (AQ) merupakan penentu utama bagi kesuksesan seseorang untuk mencapai puncak pendakian. Pendakian dalam pengertian yang lebih luas adalah menggerakkan tujuan hidup ke depan, apapun tujuan itu. Dalam pendakian, apapun pendakian itu, pasti ada hambatan, kesulitan dan tantangan, yang tidak lagi dapat dijawab hanya dengan modal kecerdasan intelektual (dan keterampilan) tinggi, plus kecerdasan emosional yang tinggi juga. AQ memperlihatkan bagaimana seseorang merespon kesulitan serta perubahan-perubahan yang dihadapinya.
- Quitters, Campers, dan Climbers adalah tipe-tipe orang yang ada dalam Adversity Quotient. Quitters adalah tipe orang yang memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti di awal pendakian. Quitters tidak punya visi dan keyakinan akan masa depan dan kontribusi mereka sangat kecil dan jumlah mereka cukup banyak. Campers berbeda dengan quitters, Campers sekurang-kurangnya telah menghadapi tantangan pendakian dan telah mencapai tingkat tertentu. Para Campers masih terbuka untuk merespon perubahan-perubahan kecil, namun biasanya cenderung menolak perubahan-perubahan besar yang berakibat mengganggu kenyamanan-kenyamanan yang telah mereka peroleh. Climbers adalah sebutan kepada orang yang seumur hidup membaktikan dirinya pada Pendakian dan meraka adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental, serta hambatan lainnya menghalangi Pendakian mereka. Hanya Climbers-lah yang menjalani hidupnya secara lengkap. Untuk semua hal yang mereka kerjakan, mereka benar-benar memahami tujuannya dan bisa merasakan gairahnya.
- Adversity Response Profile (ARP) adalah aspek penting tentang cara Anda berpikir dan bekerja dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar