Laman

Populer Post

Minggu, 20 Desember 2009

Mengembangkan Diri

....Lanjutan dari.... >>>> Menerima Diri Sendiri Mengembangkan diri adalah suatu usaha sengaja dan terus-menerus, tanpa henti, yang dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk, untuk membuat daya potensi diri (jasmani rohani) dapat terwujud secara baik dan optimal, yang menghantar seseorang pada taraf kedewasaan sesungguhnya. Usaha besar ini merupakan konsekuensi dari kedudukannya sebagai manusia, yang diberi akal budi. Tujuan yang ingin dicapai dengan usaha pengembangan diri ini adalah realisasi optimal ke arah yang baik dari daya potensi yang dimiliki diri sendiri, (jasmani rohani), yang menghantar seseorang pada tingkat matang dewasa, yang semakin baik dengan dirinya, dunia, sesama, dan Tuhan. Usaha ini melibatkan diri manusia sepenuhnya dan menggunakan daya dukung yang tersedia baginya. Cara untuk mengembangkan diri sendiri adalah mengenal diri sendiri, lalu menerimanya sebagaimana adanya. Kedua, memiliki kemauan kuat untuk mengembangkan diri. Ketiga, memanfaatkan kemungkinan yang terbuka. dan belajar dari kesalahan karena pengalaman adalah guru yang baik untuk masukan berharga untuk kemajuan berikutnya. Hal-hal penting yang perlu dikembangkan sebagai bentuk kongkrit pengembangan diri sendiri ada empat aspek adalah mental yang sehat, integritas diri, mandiri, kreatif, dan inovatif, motivasi diri. Kesehatan mental menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan dan kemampannya menyesuaikan diri. Kesehatan mental juga menentukan apakah orang akan mempunyai kegairahan untuk hidup atau akan pasif dan tidak bersemangat. Kebalikan dari kesehatan mental adalah gangguan kesehatan mental, yang dapat muncul dalam berbagai gejala, dari yang ringan sampai ke tingkat yang sangat parah. Penyakit mental adalah satu istilah untuk (sembarang) reaksi psikotis serius, baik yang berasal dari faktor psikogenis maupun yang organis. Istilah lain yang sering dipakai adalah mental disorder (kekacauan mental) sebagai pengganti istilah mental disease. Maksudnya adalah suatu ketidakmampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya, yang mengakibatkan adanya ketidakmampuan tertentu pada seseorang. Kalau ditelusuri lebih dalam, ternyata sumber utama yang menyebabkan terjadinya penyakit mental adalah adanya kegagalan memenuhi kebutuhan akan rasa kasih sayang dan kebutuhan akan rasa aman, disamping adanya rasa bersalah dan kegagalan memenuhi ambisi atau keinginan kuat. Penyakit mental dapat menimbulkan berbagai akibat yang merugikan. Sebagian orang menjadi pemalu dan menarik diri dari pergaulan. Sebagian lain menjadi garang, agresif dan jahat. Akibat serius dari sakit mental adalah wujudnya yang terjadi dalam bentuk agresi, yaitu suatu reaksi terhadap frustasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar. Untuk mengatasi sakit mental kita perlu menyadari keadaan mental sendiri, menyelidiki masa lalu yang berpotensi sebagai penyebab terjainya gangguan mental, memiliki teman/orang sebagai tempat berbagi, berusaha menemukan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan memuaskan kebutuhan psikologis dasar, meminta bantuan psikolog/psikiater, tinggal dalam lingkungan yang konduksif, dan mengerahkan kecenderungan alamiah ke arah nilai-nilai yang luhur dan berpikir positif. Berikut adalah paparan sebuah analisis tentang kekuatan dan ketahanan mental (yang bukan hanya sehat, tapi kuat dan tangguh). Dari gambaran yang kita peroleh tentang mental kita, diharapkan kita mulai memikirkan dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk hal terpenting dalam hidup kita. Pemaparan ini diambil dari buku Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, karangan Paul G. Stoltz, 2000.
  1. Adversity Quotient (AQ) merupakan penentu utama bagi kesuksesan seseorang untuk mencapai puncak pendakian. Pendakian dalam pengertian yang lebih luas adalah menggerakkan tujuan hidup ke depan, apapun tujuan itu. Dalam pendakian, apapun pendakian itu, pasti ada hambatan, kesulitan dan tantangan, yang tidak lagi dapat dijawab hanya dengan modal kecerdasan intelektual (dan keterampilan) tinggi, plus kecerdasan emosional yang tinggi juga. AQ memperlihatkan bagaimana seseorang merespon kesulitan serta perubahan-perubahan yang dihadapinya.
  2. Quitters, Campers, dan Climbers adalah tipe-tipe orang yang ada dalam Adversity Quotient. Quitters adalah tipe orang yang memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti di awal pendakian. Quitters tidak punya visi dan keyakinan akan masa depan dan kontribusi mereka sangat kecil dan jumlah mereka cukup banyak. Campers berbeda dengan quitters, Campers sekurang-kurangnya telah menghadapi tantangan pendakian dan telah mencapai tingkat tertentu. Para Campers masih terbuka untuk merespon perubahan-perubahan kecil, namun biasanya cenderung menolak perubahan-perubahan besar yang berakibat mengganggu kenyamanan-kenyamanan yang telah mereka peroleh. Climbers adalah sebutan kepada orang yang seumur hidup membaktikan dirinya pada Pendakian dan meraka adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental, serta hambatan lainnya menghalangi Pendakian mereka. Hanya Climbers-lah yang menjalani hidupnya secara lengkap. Untuk semua hal yang mereka kerjakan, mereka benar-benar memahami tujuannya dan bisa merasakan gairahnya.
  3. Adversity Response Profile (ARP) adalah aspek penting tentang cara Anda berpikir dan bekerja dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi.
Untuk meningkatkan kesehatan mental adalah bagaimana persepsinya yang realistis terhadap sesuatu. Orang seperti ini menggunakan dan mengembangkan bakat-bakat yang dimilikinya agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Yang kedua adalah menjadi homo ludens dengan bermain-main, berpesta, menari, berkomunikasi, bergembira, terpesona dan sebagainya. Istilah homo ludens lebih dirasakan dan sialami dari pada dianalisis secara dan dirumuskan dengan tajam. Untuk menjadi manusia cerdas dan juga baik, pribadi manusia senantiasa diharapkan bertumbuh melalui proses panjang seumur hidup, kearah matang-dewasa. Mempertahan hidup berkualitas tidak lain adalah membina diri secara terus-menerus (pro aktif). Ada kesan bahwa “integritas diri” merupakan sebuah istilah yang membingungkan. Integritas diri yang dimaksud adalah suatu pemahaman dimana terwujudnya perkembangan yang seimbang dan sinergis atas semua dimensi manusia secara berkelanjutan. Manusia berkembang secara utuh, tanpa ada satu pun dimensi yang terabaikan Untuk mewujudkan hal itu, perlu bahwa terhadap semua dimensi dirinya mausia memberikan perhatian yang seimbang, tepat dan proporsional. Dimensi-dimensi dasar manusia ada tiga yaitu dimensi badan/fisik, dimensi jiwa/psikis yang terdiri dari kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) dan dimensi sosial. Motivasi merupakan kemampuan yang terkandung di dalam diri pribadi seseorang. Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi. Kebutuhan ini menimbulkan keinginan dalam diri seseorang sebagai kekurangan (defisiensi) yang dialami individu pada suatu waktu tertentu. Kekurangan tersebut dapat bersifat fisik, psikologis, atau sosiologis. Kekurangan-kekurangan merupakan pemicu timbulnya keinginan dan perilaku untuk meresponnya. Ada cukup banyak cara untuk memotivasi diri sendiri, beberapa diantaranya pertama adalah memotivasi diri melalui rasa percaya diri dengan cara menghindari untuk mencari-cari alasan, menggunakan daya imajinasi, jangan takut untuk gagal, perhatikan penampilan. Kedua adalah memotivasi diri dengan menentukan sasaran. Ketiga, memotivasi diri dengan menyusun catatan mengenai sukses yang pernah diraih. Beberapa hal yang potensial dapat menghambat muncuknya atau berkembangnya motivasi dalam diri seseorang adalah kurang percaya diri, kecemasan yang berlebihan, opini negatif dari berbagai sumber, dan merasa bukan bagian dari kelompok atau sasaran yang lebih besar. Setelah kita mengenal diri kita dari ciri-ciri dasar fisik, kepribadian, watak, temperamen, bakat yang ada dalam diri kita. Kita melanjutkan pendalaman kita pengenalan diri sendiri karena semakin kita mengenal diri kita sendiri akan semakin baik bagi kita. Kita semua hidup di berbagai lingkungan yang berbeda-beda, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan berbagai lingkungan sosial di masyarakat. Karena kita sangat dipengaruhi oleh lingkungan-lingkungan tersebut. Kekuatan-kekuatan dari luar ini ini bisa benar-benar mengendalikan dan mendorong kita untuk membentuk diri kita, dan mengurangi semua pikiran atau tindakan kita yang mungkin mengembangkan individualitas dan kreatifitas kita. Di samping pengaruh yang begitu banyak dari luar, hidup kita juga dipengaruhi oleh keadaan faktual dan potensial diri kita sendiri, termasuk keadaan fisik, temperamen, bakat, kekuatan dan kelemahan serta kebiasaan-kebiasaan pribadi kita sendiri. Oleh karena itu, kita sebaiknya mengenal diri kita dari dalam ke luar (in-out), dan bukan sebaliknya, dari luar ke dalam (out-in). Dengan cara ini kita dapat menyeleksi dan menyaring berbagai pengaruh, baik yang datang dari luar, maupun yang datang dari dalam diri kita sendiri, seperti kelemahan-kelemahan diri kita dan kebiasaan-kebiasaan kita yang kurang baik. Tidak semua hal mendukung kita untuk menjadi sukses. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang diperlukan yaitu kita tetap fokus pada tujuan atau impian kita, menetapkan skala prioritas, menangani keadaan darurat, dan menyelesaikan tantangan-tantangan dalam kehidupan pribadi maupun urusan luar kita. Dengan mengenal peran dan identitas diri kita dan gambaran tentang diri sendiri atau konsep diri kita dengan mengenal kekuatan dan kelemahan baik secara fisik maupun psikis karena tidak ada manusia yang sempurna. Hal yang penting kita ketahui adalah siapakah kita, apa kekuatan dan kelemahan yang kita miliki, maka kita dapat mengambil sikap yang tepat menghadapi kondisi seperti itu. Berikut adalah cara-cara mengembangkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yaitu dengan introspeksi diri, mengendalikan diri, membangun kepercayaan diri, mengenal dan mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh teladan, dan berpikir positif dan optimis tentang diri sendiri. .....to be continued..... >>>> Perlunya Percaya Diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar